Di panggung mode Indonesia Fashion Week
2013, pada 14 Februari 2013, desainer Ivan Gunawan mengekspresikan
cinta dengan menampilkan koleksi busana mengeskplorasi tenun Mandar.
Lewat ajang mode ini, Ivan memberanikan diri tampil dengan rancangan
yang serba baru untuknya. Pasalnya, untuk kali pertama Ivan merancang
busana menggunakan kain tradisional tanpa meninggalkan ciri khasnya yang
ceria, juga untuk kali pertama ia tampil di Indonesia Fashion Week, serta merupakan pengalaman pertama bagi Ivan merancang busana pria yang melengkapi dalam koleksinya kali ini.
Perjalanan Ivan ke kota Mandar, Polewali, Sulawesi Barat pada
Oktober 2012 lalu atas undangan Yayasan Ratih Al Kaa’fa memberikan
inspirasi dan pengalaman unik baginya. Ivan jatuh cinta dengan kekayaan
alam Mandar dan produk budaya berupa tenun sutera khas Mandar dengan
warna terang. Selain juga design tenun Mandar yang beragam, utama design
garis vertikal dan design kotak.
Perjalanan ke Mandar melahirkan inspirasi bagi Ivan untuk
menciptakan koleksi teranyar dalam peragaan busana di tahun ke-14
berkarya, bertema Malolo. Melalui koleksi Malolo, Ivan menunjukkan
konsistensinya untuk berkarya secara profesional sebagai desainer,
sekaligus menunjukkan kemampuannya mencipta kreasi busana siap pakai
menggunakan kain tradisional. Keberaniannya merancang busana dari kain
tradisional juga muncul karena warna-warna kain tenun Mandar memiliki
kesesuaian dengan karakter diri dan rancangannya.
“Ini kali pertama saya merancang kain tradisional. Biasanya sulit
bagi saya membuat kain tradisional menjadi busana, namun saya jatuh
cinta dengan Mandar dan tenunnya. Ini juga kali pertama saya tampil di
Indonesia Fashion Week. Saya juga ingin semakin dikenal sebagai desainer bukan sebagai entertainer,” ungkapnya saat jumpa pers di Jakarta Convention Center, beberapa waktu lalu.
Konsisten dengan garis rancangnya, meninggalkan bustie pada busana untuk membentuk tubuh perempuan, juga menampilkan gaya busana seksi, playful, wearable, ceria dengan warna cerah, serta menonjolkan sisi glamor, Ivan menunjukkan kemampuannya mengolah tenun Mandar.
Baginya, gaya eclectic lebih tepat menggambarkan koleksi
terbarunya ini. Memadukan unsur tradisional dengan gaya modern. “Saya
menampilkan tenun dengan gaya eclectic, tidak terlalu tradisional juga tidak terlalu modern,” ungkapnya kepada Kompas Female seusai show.
Gaya ini ditunjukkannya dengan memadukan tenun Mandar bermotif garis
vertikal dengan brokat dan bahan lainnya. Ivan mengaku tak bisa
meninggalkan brokat dalam setiap rancangannya. Baginya brokat yang
melekat di badan bisa membantu mengoreksi bentuk tubuh. Busana yang
membentuk tubuh secara alami inilah yang menjadi ciri khas Ivan dalam
memberikan pilihan gaya busana bagi pelanggannya.
Perpaduan bahan ini juga dibutuhkan untuk menjawab tantangan desainer
dalam menciptakan busana dari kain tradisional. “Ukuran kain tenun
Mandar tak selebar batik misalnya. Jadi memang memerlukan gaya
modifikasi, dan memang ada batasan untuk mengolah kain tenun ini,”
ungkapnya,
Selain menciptakan busana yang menonjolkan kain tenun Mandar berpadu
dengan bahan lainnya, Ivan juga mengangkat kain tenun Mandar dengan
cara lain. Pria kelahiran Jakarta, 31 Desember 1981 ini mengaku
kesulitan mendapatkan kain tenun lantaran proses produksinya memakan
waktu lama. Menyiasati hal ini, Ivan menciptakan bahan design cetak
terinspirasi dari design kotak tenun Mandar.
Ivan menciptakan design cetak kotak berpadu selaras dengan bunga berukuran besar. Ia memilih warna ungu, fuschia, serta hitam sebagai penetralnya, dalam kain design cetak yang diolahnya menjadi aneka indication busana ini.
“Saya membuat print karena tak bisa terus menunggu bahan tenun yang tak kunjung datang, padahal saya harus menciptakan busana. Print ini memang sedang menjadi tren, saat ini setiap desainer berlomba menciptakan kreasi print. Print yang saya buat akan timeless, bisa padu padan juga karena bisa dibuat menjadi ragam indication busana, bisa juga jas,” ungkap Ivan.
Untuk mempromosikan corak kotak tenun Mandar, Ivan mengolah design cetak ini menjadi busana perempuan utamanya dress berbahan sifon. Ia juga memadukan design cetak ciptaannya ini dengan bahan duchess, organdi, beludru, lace, untuk busana pria dan wanita.
Satu lagi wujud cinta Ivan kepada kekayaan alam Mandar, ia
terjemahkan melalui koleksi gaun malam bermotif cetak bunga gigantik
pada bahan duchess dan organdi. Bagi Anda yang butuh tampil
feminin elegan, mewah dengan nuansa sarat keelokan alam, gaun malam
bervolume ini bisa jadi pilihan. Unsur gaya 1980-1990 dengan jubah dan
peplum menonjol pada gaun malam beraroma selected ini. Kemewahan masih
menonjol pada gaun malam ini dengan sentuhan sekuins dan aplikasi bunga tambahan.
Bagi Adjie Notonegoro, desainer sekaligus coach Ivan Gunawan dalam
berkarier sebagai perancang, padu padan tenun seperti yang dilakukan
Ivan memberikan konstribusi tersendiri pada kain tradisional. “Konsepnya
bagus, mengolah tenun dengan padu padan seperti itu mampu
memperlihatkan tenun menjadi sesuatu yang baru,” tuturnya.
Melalui Malolo, yang berarti cantik dalam bahasa Mandar, Ivan
membuktikan keahliannya menciptakan penampilan yang khas. Mengolah
tenun menjadi busana yang cantik bergaya eclectic, kaya muatan budaya menyesuaikan kebutuhan penggunanya yakni perempuan complicated yang ingin tampil beda.
“Tugasnya desainer membuat koleksi dengan demeanour yang tidak bisa ‘dibeli’ dengan mudah. Saya memang tidak membuat satu set busana full menggunakan kain tenun. Namun saya banyak menggunakan tenun untuk menampilkan busana bergaya eclectic,” tandasnya.
Friday, February 15, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment